Konsep inti NLP dapat diringkas dengan pepatah, “Peta bukanlah wilayah,” karena menyoroti perbedaan antara keyakinan dan kenyataan. Ini menunjukkan bahwa setiap orang beroperasi dalam perspektif mereka sendiri daripada dari tempat objektivitas. Pendukung NLP percaya bahwa persepsi setiap orang tentang dunia terdistorsi, terbatas, dan unik. Oleh karena itu, seorang terapis yang mempraktikkan NLP harus memahami bagaimana seseorang dalam perawatan merasakan “peta” mereka dan efek persepsi ini terhadap pikiran dan perilaku orang tersebut.
Peta dunia individu terbentuk dari data yang diterima melalui indera. Informasi ini dapat berupa pendengaran, visual, penciuman, pengecapan, atau kinestetik. Praktisi NLP percaya bahwa informasi ini berbeda secara individual dalam hal kualitas dan kepentingan, dan bahwa setiap orang memproses pengalaman menggunakan sistem representasi primer (PRS). Untuk terapis NLP untuk bekerja secara efektif dengan seseorang dalam pengobatan, terapis harus berusaha untuk mencocokkan PRS individu untuk menggunakan peta pribadi mereka. Praktisi NLP percaya adalah mungkin untuk mengakses sistem representasional menggunakan isyarat, seperti gerakan mata.
Terapis NLP bekerja dengan orang-orang untuk memahami pola pikir dan perilaku, keadaan emosi, dan aspirasi mereka. Dengan memeriksa peta seseorang, terapis dapat membantu mereka menemukan dan memperkuat keterampilan yang paling bermanfaat bagi mereka dan membantu mereka dalam mengembangkan strategi baru untuk menggantikan yang tidak produktif. Proses ini dapat membantu individu dalam terapi mencapai tujuan pengobatan.
Pendukung NLP mengklaim pendekatan ini menghasilkan hasil yang cepat dan tahan lama serta meningkatkan pemahaman tentang pola kognitif dan perilaku. NLP juga berusaha membangun komunikasi yang efektif antara proses mental sadar dan tidak sadar untuk membantu orang meningkatkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah. Beberapa pendukung NLP membandingkan pendekatan terapi perilaku kognitif (CBT) tetapi menegaskan perubahan positif dapat dilakukan dengan NLP dalam waktu yang lebih singkat.
Sejak penciptaannya, pemrograman neuro-linguistik telah digunakan untuk menangani berbagai masalah. diantaranya:
Penelitian Pemrograman Neuro-Linguistik
Meskipun jumlahnya terbatas, studi ilmiah telah menyelidiki efektivitas NLP sebagai metode pengobatan. Dalam sebuah studi tahun 2013, para peneliti menyelidiki apakah bahasa dan teknik visualisasi yang digunakan dalam pemrograman neurolinguistik akan membantu anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus lebih siap untuk belajar di kelas. Peneliti menyimpulkan teknik NLP membantu anak-anak mengembangkan keadaan pikiran positif yang kondusif untuk belajar. Namun, juga dijelaskan bahwa ini adalah “kesimpulan sementara dan singkat”. Selain faktor pembatas lainnya, sampel hanya terdiri dari tujuh anak.
Praktisi NLP mengklaim gerakan mata dapat menjadi indikator yang dapat diandalkan untuk mendeteksi kebohongan. Pada 2012, para peneliti menguji klaim ini dalam serangkaian tiga penelitian. Dalam studi pertama, gerakan mata peserta yang mengatakan yang sebenarnya atau berbohong tidak sesuai dengan pola NLP yang diusulkan. Dalam studi kedua, satu kelompok diberitahu tentang hipotesis gerakan mata NLP sedangkan kelompok kontrol tidak. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok setelah tes deteksi kebohongan. Dalam studi ketiga, gerakan mata masing-masing kelompok diberi kode pada konferensi pers publik. Sekali lagi, tidak ada perbedaan signifikan dalam gerakan mata di antara mereka.
Tinjauan sistematis dampak NLP pada kesehatan dilakukan oleh para peneliti pada tahun 2012. Dalam tinjauan ini, sepuluh studi yang membahas masalah termasuk penyalahgunaan zat, kecemasan, manajemen berat badan, mual di pagi hari, dan claustrophobia dievaluasi. Para peneliti menyimpulkan bahwa sementara tidak ada bukti kuat bahwa NLP tidak efektif, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa intervensi NLP meningkatkan kesehatan.
Kekhawatiran dan Keterbatasan Pemrograman Neuro-Linguistik
Sebagian karena sifatnya yang eklektik, pemrograman neurolinguistik sulit untuk didefinisikan sebagai modalitas pengobatan. Keterbatasan paling signifikan dari pemrograman neuro-linguistik bisa dibilang kurangnya bukti empiris untuk mendukung banyak klaim utama yang dibuat oleh para pendukung.
Sementara banyak kesaksian memuji pendekatan ini, hingga saat ini hanya ada sedikit penelitian ilmiah yang memberikan bukti tegas dan tidak memihak bahwa ini adalah cara pengobatan yang efektif untuk masalah kesehatan mental. Pendiri NLP Richard Bandler sering menyuarakan ketidaksetujuan dengan pengujian ilmiah NLP.
Selain itu, kurangnya regulasi dalam pelatihan dan sertifikasi telah mengakibatkan banyak individu menjadi praktisi NLP meskipun tidak memiliki pengalaman yang kredibel atau latar belakang kesehatan mental.
Safrin Heruwanto dari berbagai sumber – https://www.goodtherapy.org