Bukan sekedar SOLUSI, manusia perlu ber TRANSFORMASI. Mereka harus keluar dari Zona Nyaman dan menjumpai milyaran peluang untuk hidup lebih baik.
(MI Trainer for COACH & MENTOR SHU).
“Unlocking people’s potential to maximize their own performance. It is helping them to learn rather than teaching them. Building awareness and responsibility is the essence of good coaching”.
— Sir John Withmore – The Father of Performance Coaching
Proses interaksi antara dua pihak – yaitu coach (pihak yang melakukan coaching) dan coachee (pihak yang di-coach), di mana coach membantu coachee menggali dan meningkatkan kesadarannya tentang potensi-potensi terbaik pada dirinya, membantu coachee melakukan goal setting, membuat strategi dan planning, melakukan decision making dan problem solving, serta mendampingi coachee sampai batas waktu tertentu
Coaching bertujuan menciptakan perubahan, perbaikan, peningkatan kinerja dan hasil, dengan memaksimalkan berbagai sumber daya yang ada di dalam diri coachee. Coaching berlangsung lewat proses komunikasi dan interaksi yang dianggap paling efektif dan paling memberdayakan coachee.
Secara umum, coaching identik dengan pendekatan non-directive, yaitu pendekatan yang tidak mengarahkan coachee ke arah tertentu, karena belum tentu arah itu adalah arah yang hendak dituju oleh coachee. Dalam prakteknya, pendekatan coaching dengan gaya nondirective banyak dilakukan dengan proses tanya-jawab dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended questions). Hal ini dilakukan untuk menghormati privacy dan mental-model (model of the world) dari coachee, dan sekaligus untuk menjaga agar proses coaching tetap mengandalkan sumber daya internal coachee sendiri.
DIRECTIVE
“Objectives are not fate, they are direction.” —
— Peter F. Drucker – The Father of Modern Management
“Begin (each day) with the end in mind”.
— Stephen R. Covey – Author of 7 habits of highly effective people
Directive terkait dengan direction yaitu arah atau pengarahan. Coaching tidak bisa lepas dari arah yang hendak dituju oleh coachee. Artinya, coaching pada dasarnya proses yang dijalani coachee untuk membantunya bergerak kearah tujuannya. Dalam gaya coaching yang lebih dikenal luas, yaitu Non-Directive, factor arah ini ditentukan sendiri oleh coachee, coach hanya membantunya menemukan dan menjalani arah ini.
Directive Coaching
Sebuah Gaya Coaching sebagai Gaya Alternatif atau variasi gaya, untuk menetralisir “pelanggaran” terhadap gaya non-directive, yang seringkali sulit dihindari oleh para coach. Situasi yang mendorong “pelanggaran” ini muncul , saat mereka melakukan coaching kepada coachee tertentu, yang oleh faktor luar justru diharuskan berorientasi dan bergerak kearah tertentu.
Situasi tersebut paling sering dialami oleh para pemimpin yang memposisikan diri sebagai coach & menggulirkan proses coaching kepada pihak-pihak yang dipimpinnya.
Directive Coaching adalah gaya coaching yang paling cocok dalam Executive Coaching, Leadership Coaching, Team Coaching, Sport Coaching, Performance Coaching dan berbagai tipe coaching lain yang berorientasi pada arah tertentu dan target kinerja tertentu.
Dalam konteks tim, Directive Coaching menjadi elemen kritis yang menciptakan perbedaan yang sangat mendasar, antara melakukan coaching terhadap sekelompok orang sebagai “group” dan meng coach mereka sebagai “team”, sebagaimana gambar berikut.
Berikut adalah pemahaman 2 macam coaching dengan dua gaya yang berbeda menurut para pelaku non-directive coaching.
Pemahaman dengan “definisi denotative”, dimana coaching dinyatakan sebagai kumpulan dari aktifitas-aktifitas tertentu. Dengan pemahaman tersebut, directive coaching, diidentifikasi sebagai seperangkat aktifitas yang sempit, terbatas, otoritatif, kaku dan searah.
Dengan menerapkan pemahaman yang lebih luas dan dalam, yaitu dengan “definisi konotatif”, directive coaching menjadi lebih anggun dan elegan sebagai sebuah variasi gaya coaching.
Definisi konotatif dari Directive Coaching, sangat berperan dalam dunia kepemimpinan. Dengan definisi yang konotatif, Directive Coaching menyatu dengan fenomena kepemimpinan itu sendir, di mana faktor “arah” juga dimaknai dengan sudut pandang kepemimpinan:
“Directions are instructions given to explain how. Direction is a vision offered to explain why. Leaders serve as a compass. They point a direction – they lead.“
Simon Sinek Author of Start With Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action
Sehingga apa yang disebut “arah” atau “pengarahan” tidak lagi hanya berbentuk perintah atau suruhan yang bersifat taktis semata-mata, melainkan juga bermakna “Arah Strategis” atau “Strategic Direction” , yang merupakan sebuah domain yang wajib dikelola, dipelihara dan dijaga oleh setiap pemimpin.
Perbedaan non-directive & directive coaching berdasarkan pemahaman baru yang lebih efektif.
Implementasi dan eksekusi coaching oleh seorang pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kerangka berpikir arah strategis.
Berikut ini adalah beberapa Inspirasi yang menekankan pentingnya tetap memelihara dan menjaga keselarasan dan kesearahan tim dan organisasi, dalam mengimplementasikan dan mengeksekusi proses coaching (kesatuan strategic direction dan coaching).
Adopted and Compilated from Directive Coaching MI Trainer — directed by Ikhwan Sopa