Larasindo – Soft Skills adalah karakter dan kemampuan interpersonal yang menjadi ciri hubungan seseorang dengan orang lain. Di dunia kerja, soft skill adalah pelengkap hard skill, yang mengacu pada pengetahuan seseorang dan keterampilan kerja. Sosiolog sering menggunakan istilah soft skill untuk menggambarkan “EQ” atau “Emotional Intelligence Quotient“seseorang (sebagai lawan “IQ”).
Larasindo – soft skill lebih berkaitan dengan siapa kita dan dari apa yang kita ketahui. Dengan demikian, soft skill mencakup karakter yang menentukan seberapa baik kita berinteraksi dengan orang lain, dan biasanya hal tersebut adalah bagian yang pasti dari kepribadian seseorang. Sedangkan hard skill bisa dipelajari dan disempurnakan dari waktu ke waktu, namun berbeda dengan Larasindo – soft skill yang lebih sulit untuk diperoleh dan diubah.
Larasindo – Soft skill yang diperlukan untuk seorang dokter, misalnya, yaitu empati, pemahaman, aktif mendengarkan dan sikap yang baik kepada pasien. selainnya, hard skill yang diperlukan untuk dokter misalnya adalah mencakup pemahaman yang luas tentang penyakit, kemampuan menafsirkan hasil tes dan gejala, serta pemahaman yang menyeluruh tentang anatomi dan fisiologi.
Cakupan Soft Skills yang Patut untuk di Kembangkan dan dipelihara adalah:
EMPATI/EMPATHY:
Empati adalah kemampuan untuk mengalami dan merespon perasaan orang lain. Empati lebih daripada menerima emosi orang lain tetapi pada merasakan emosi didalamnya dan mengekspresikannya sepenuh hati. Oleh karena itu empati sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Secara umum, unsur-unsur empati adalah sebagai berikut:
Imajinasi yang tergantung kepada kemampuan membayangkan; di sini imajinasi berfungsi untuk memungkinkan pengandaian diri seseorang sebagai orang lain.
Adanya kesadaran terhadap diri sendiri (self-awareness atau self-consciousness); secara khusus pandangan positif terhadap diri sendiri, secara umum penerimaan (dalam arti pengenalan) apa adanya terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Adanya kesadaran terhadap orang lain; pengenalan dan perhatian terhadap orang lain; secara khusus pandangan positif terhadap orang lain, secara umum penerimaan apa adanya terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain.
Adanya perasaan, hasrat, ide-ide dan representasi atau hasil tindakan baik pada orang yang berempati maupun pada orang lain sebagai pihak yang diberi empati disertai keterbukaan untuk saling memahami satu sama lain.
Ketersediaan sebuah kerangka pikir estetis; ini merupakan dasar untuk menampilkan respons yang dianggap pantas dan memadai agar kesesuaian antara orang yang berempati orang yang menjadi sasaran empati dapat tercapai (agar tidak menjadi pelanggaran privasi atau perilaku ‘sok tahu); kerangka pikir estetis selalu tergantung pada budaya, masyarakat dan konteks jaman.
Ketersediaan sebuah kerangka berpikir moral
Adapun fungsi empati adalah:
Kesadaran bahwa tiap orang memiliki sudut pandang berbeda akan mendorong seseorang mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan mobilitas pikirannya, dapat menempatkan diri pada posisi perannya sendiri maupun peran orang lain sehingga akan membantu melakukan komunikasi efektif.
Mampu berempati mendorong seseorang untuk melakukan tindak altruistis, yang tidak hanya mengurangi atau menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidaknyamanan perasaan individu melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan individu lain akan menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap individu itu.
Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain membuat anak menyadari bahwa orang lain dapat membuat penilaian berdasarkan perilakunya. Kemampuan ini membuat individu lebih melihat ke dalam diri dan lebih menyadari serta memerhatikan pendapat orang lain mengenai dirinya. Proses itu akan membentuk kesadaran diri yang baik, dimanifestasikan dalam sifat optimistis, fleksibel, dan emosi yang matang. Jadi, konsep diri yang kuat, melalui proses perbandingan sosial yang terjadi dari pengamatan dan pembandingan diri dengan orang lain, akan berkembang dengan baik.
Self-emphaty adalah langkah awal yang dilakukan untuk dapat berempati dengan orang lain, karena sebelum kita benar-benar bisa memamahami orang lain, kita juga seharusnya dapat memahami diri sendiri terlebih dahulu dengan menjadi manusia yang lepas bebas. Self-empathy merupakan proses yang terjadi dalam diri individu itu sendiri. Self-empathy merupakan proses yang mana kita mentransform jackal thinking (judgement, blame) kedalam connecting energi dalam perasaan-perasaan dan kebutuhan. Self empathy dimulai dari penerimaan akan disconnection dari kebutuhan-kebutuhannya dan berpindah untuk menjadi connect pada energi hidup akan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya
Langkah-langkah untuk dapat menjadi self-empathy adalah sebagai berikut:
Langkah 1: Kesadaran akan disconnection
Perasaan marah, bersalah, malu dan depresi semuanya merupakan tanda dari disconnection dan merupakan sumber dari pikiran dan persepsi kita. Hubungan lain dari tanda tersebut adalah ‘jackal show’ (apa yang kita ceritakan pada diri sendiri) bahwa mungkin berjalan pada kepala kita.
Langkah 2: Connecting pada kebutuhan
Kita sadar akan disconnected dari kebutuhan-kebutuhan kita, step selanjutnya adalah mengerti apa yang akan dilakukan oleh diri jita sendiri untuk membayar perhatian ‘jackal show’. Petunjuk apa yang diberikan jackal show tentang kebutuhan kita?. Setiap judgement adalah ungkapan tragis akan unmet need.
Langkah 3: Berkabung pada unmet need
Langkah 4: Mengalami indahnya kebutuhan-kebutuhan tersebut
===============================================================================================================
COACHING & MENTORING
Perbedaan antara Mentoring dan Coaching | ||
ASPEK | MENTORING | COACHING |
Sumber hubungan | Personal | Profesional |
Fokus | Personal dan profesional | Profesional — personal hanya jika berhubungan dengan profesional |
Tujuan | Berhubungan dengan hidup secara umum | Spesifik terhadap kebutuhan pekerjaan |
Pengukuran kinerja | Informal | Formal |
Imbalan | Hubungan | Kinerja yang meningkat |
Agar SDM di sebuah organisasi dapat mencapai sasaran kerjanya, manajer/supervisor berkewajiban untuk membantu setiap anggota timnya dengan cara memberikan counseling, coaching dan mentoring.
Coaching adalah suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas setiap orang sehingga berhasil mencapai sasaran kerjanya. Coaching dapat dilakukan kapan saja supervisor merasa perlu, tidak bergantung pada jadual tertentu.
Counseling adalah teknik untuk meningkatkan efektifitas perilaku dan sikap mental agar sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Konseling dilakukan apabila setelah coaching dilakukan tidak terjadi perubahan atau peningkatan kinerja dari bawahannya. Konseling lebih mengarah pada aspek psikologis dari individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang manajer/supervisor perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk memahami kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut.
Sedangkan mentoring merupakan sebuah metode yang bersifat pengalaman individual yang mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentoring meliputi coaching, counseling, and networking. Mentors adalah seseorang yang melalui tindakan dan pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
=================================================================================
PERSONALITY DEVELOPMENT
10 standar kepribadian yang baik, antara lain :