Fund Raiser, Punya Jiwa Mengemis atau Memaksa Secara Cerdas dan Ilmiah?
Oleh: Safrin Heruwanto
Di dunia bisnis dan organisasi sosial, ada satu peran yang sering dianggap sebagai ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ sekaligus ‘pengemis berkelas’—Fund Raiser. Mereka bertugas mencari dana, menarik donasi, atau meyakinkan investor untuk menaruh uangnya di proyek atau misi tertentu. Namun, apakah menjadi seorang Fund Raiser berarti harus memiliki jiwa mengemis? Ataukah ini sebenarnya seni memaksa secara cerdas dan ilmiah?
Banyak orang menganggap fund raising sebagai kegiatan meminta-minta dengan cara lebih sopan dan profesional. Ini terjadi ketika pendekatan yang digunakan terlalu emosional, penuh drama penderitaan, dan menggantungkan harapan pada belas kasihan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, seorang Fund Raiser tak lebih dari seorang pengemis berdasi.
Namun, jika dilakukan dengan strategi yang tepat, fund raising bisa menjadi seni memengaruhi yang berkelas. Bukan sekadar meminta, tetapi meyakinkan bahwa kontribusi yang diberikan akan memberikan manfaat nyata. Di sinilah kecerdasan dan pendekatan ilmiah memainkan peran utama.
Seorang Fund Raiser yang handal bukanlah peminta-minta, tetapi ‘penjual’ ide dan visi. Bagaimana caranya?
Jawabannya tergantung pada bagaimana pendekatan yang digunakan. Jika hanya mengandalkan belas kasihan, maka itu mengemis. Tetapi jika dilakukan dengan strategi yang cerdas, berbasis data, dan menggunakan teknik persuasi yang kuat, maka fund raising adalah seni memaksa secara profesional dan ilmiah.
Seorang Fund Raiser sejati bukanlah peminta-minta, tetapi seorang komunikator ulung yang mampu mengubah kepedulian menjadi aksi nyata. Jadi, jika Anda seorang Fund Raiser, tanyakan pada diri sendiri: Apakah Anda sedang mengemis, atau sedang memaksa dengan cerdas dan berkelas?
Bagikan artikel ini jika Anda setuju bahwa fund raising adalah seni persuasi, bukan sekadar permohonan!