“CUCI OTAK” secara Positif, dapat memperbaiki Kinerja Karyawan dan meningkatkan Nilai Perusahaan

Cuci otak adalah sebuah upaya rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan dan sebagainya. Brainwash atau lebih dikenal sebagai cuci otak sudah dikenal semenjak lama, bahkan sebelum perang dunia ke II. Teknologi ini banyak digunakan saat itu oleh tentara Jerman.

Untuk apa? 
Untuk membangun semangat para prajurit dari semenjak masih remaja, untuk membentuk mental prajurit yang tahan banting, loyal, dan sejiwa dengan haluan partai NAZI saat itu. Teknik yang digunakan merupakan sebuah metode yang saat itu dikembangkan secara ilmiah oleh para pakar psikologi dan pikiran manusia, dimana para pakar jerman saat itu juga melakukan berbagai percobaan terhadap pikiran manusia (semasa holocaust di jerman).

Semua metode yang digunakan untuk melakukan brainwash saat itu, biasanya menggunakan waktu yang cukup panjang, untuk menanamkan sebuah program atau ide tertentu dalam pikiran seseorang. Waktu yang cukup panjang merupakan sebuah proses supaya program baru yang ditanamkan tersebut masuk ke pikiran bawah sadar seseorang.

Tujuan utama brainwash saat itu adalah lebih cenderung untuk membangun mental dan kesetiaan para prajurit Jerman.

Metode utama yang digunakan adalah dengan memasukkan informasi/dogma2 secara audio dan visual secara waktu berkala dan panjang, dan bersifat terfokus.

Bagaimana brainwash itu dilakukan? 
Sekali lagi, sebuah informasi yang ditekankan dan dimasukkan secara terfokus, dengan akses audio maupun visual, dan dilakukan secara terus menerus, mampu menggiring persepsi dan pola pikir maupun perasaan seseorang sedikit demi sedikit. Inilah yang kita sebut sebagai memasukkan nilai di bawah sadar seseorang.

Ketika sebuah nilai telah tertanam cukup kuat di dalam bawah sadar seseorang, maka nilai itu lama kelamaan semakin kuat, berakar, dan permanent. Inilah yang kemudian disebut sebagai hasil dari brainwash itu, dan merupakan tujuan utama dilakukan hal tersebut.

Semua teknologi berpotensi menjadi sesuatu yang berbahaya (nuklir, dinamit, senjata, dll), sedangkan efek dari brainwash tidak selamanya mengerikan. Mengerikan jika (sekali lagi) teknologi dan tujuan brainwash ini disalah gunakan (contoh: utk kegiatan terorisme). Yang menarik adalah, apakah semua orang bisa di brainwash? Jawabannya, BISA… kalau nilai dasar individu yang di brainwash, tidak bertentangan dengan nilai yang dimasukkan dengan metode brainwash ini.

Metoda cuci otak (brainwash)

Terdapat berbagai macam cara untuk melakukan cuci otak, mulai dari persuasi secara vokal (sugesti), visual, bantuan obat-obatan, hingga siksaan baik secara fisis maupun psikis. Prinsipnya adalah dengan melakukan metoda tersebut sambil memasukkan suatu program atau ide tertentu ke dalam pikiran seseorang secara berkepanjangan hingga memasuki alam bawah sadarnya.

Ketika sebuah nilai telah tertanam cukup kuat di alam bawah sadar seseorang, maka semakin lama nilai itu akan semakin kuat, berakar, dan permanen. Inilah yang kemudian disebut sebagai hasil dari cuci otak, dan merupakan tujuan utama dilakukannya hal tersebut.

Sahewa inspirator

Cara yang paling halus adalah dengan persuasi secara vokal atau visual untuk memasukkan sugesti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hipnosis, hingga teknik persuasi dalam sebuah pidato atau presentasi.

Hipnosis
Hipnosis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memasukkan sugesti ke dalam pikiran seseorang. Dengan hipnosis, akses ke alam bawah sadar akan terbuka sehingga memudahkan seseorang untuk menerima sugesti yang diberikan. Hipnosis sendiri pada awalnya digunakan sebagai salah satu metoda pengobatan di Mesir dan Yunani, kemudian menyebar ke wilayah Eropa. Seorang dokter Austria bernama Sigmund Freud menggunakan hipnosis untuk mengatasi masalah mental para prajurit saat perang dunia I dan II. Kini, teknik hipnosis juga telah digunakan sebagai salah satu pengobatan komplementer untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Persuasi dalam sebuah pidato atau presentasi
Pernahkah Anda merasa bersemangat atau memiliki sebuah pola pikir baru setelah Anda mengikuti sebuah seminar atau pelatihan? Ataukah Anda pernah merasa sangat tertarik terhadap sebuah produk multilevel marketing (MLM) yang sedang dipresentasikan padahal Anda baru saja membeli produk yang sejenis? Apabila jawabannya adalah iya, berarti tanpa disadari Anda pernah menjadi subyek cuci otak.

Metoda ini sebenarnya tidak dapat benar-benar dikatakan sebagai cuci otak, tetapi lebih kepada manipulasi pikiran seseorang dengan sugesti. Bagian otak kiri manusia mengolah bagian rasio dan analisis, sedangkan otak kanan mengolah sisi kreatif dan imajinasi. Inti dari metoda ini adalah bagaimana cara menyibukan otak kiri sehingga otak kanan dapat diakses untuk menanamkan suatu pola pikir tanpa harus melalui proses analisis terlebih dahulu.

Bagaimanapun, apabila diterapkan terus-menerus secara periodik, teknik ini juga dapat memasukkan ide-ide dalam pikiran bawah sadar seseorang hingga menjadi suatu nilai yang berakar dan permanen (cuci otak).

Penerapan teknik penghargaan dan hukuman
Teknik ini merupakan teknik pertama yang dilakukan saat perang Korea pada tahun 1950. Prinsipnya adalah dengan mengisolasikan subyek cuci otak dari kehidupan sosialnya. Subyek akan diperlakukan sesuai tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukannya. Apabila subyek menolak untuk bekerjasama, ia akan menerima hukuman baik secara fisis maupun psikis, termasuk memutus kontak sosial, makan, tidur, hingga siksaan fisik. Namun apabila subyek bersedia untuk bekerjasama, maka ia akan menerima sebuah penghargaan dalam berbagai bentuk. Bentuk yang paling sering dari penerapan teknik ini adalah outbound, pelatihan militer, dan penggemblengan murid atau mahasiswa baru saat masa orientasi.

Larasluhur Indonesia — 081386473757 — Sahewa The Inspirator

Dari Berbagai Sumber.

Share ke teman-temanmu ya...